ONELI – Bali, sebagai salah satu destinasi wisata internasional, memiliki risiko tinggi terhadap bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami. Untuk memastikan kesiapsiagaan menghadapi ancaman ini, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melakukan inspeksi terhadap sistem pemantauan gempa bumi dan tsunami di wilayah tersebut. Inspeksi ini mencakup berbagai aspek, mulai dari teknologi yang digunakan hingga kesiapan personel dan infrastruktur.
Inspeksi Alat Pemantauan Geofisika
Deputi Bidang Geofisika BMKG, Nelly Florida, bersama tim jajarannya melakukan inspeksi terhadap sejumlah alat pemantauan geofisika di Bali. Inspeksi ini meliputi pembangunan gedung backup InaTEWS, sistem monitoring gempa bumi dan tsunami, serta sistem pengukur tinggi gelombang laut. Tujuan utama dari inspeksi ini adalah untuk memastikan kesiapsiagaan terhadap ancaman gempa bumi dan tsunami, serta untuk menguji Pusat Gempa Regional (PGR) di Balai Besar MKG Wilayah III Denpasar yang terhubung dengan Pusat Gempa Nasional di Jakarta.
Teknologi Canggih untuk Pemantauan Gempa dan Tsunami
BMKG telah mengembangkan sistem end-to-end yang mampu mengolah data seismograf secara real-time dan mengubahnya menjadi informasi yang mudah dipahami. Sistem ini memungkinkan diseminasi informasi yang cepat kepada pemerintah dan masyarakat, sehingga tindakan mitigasi dapat dilakukan dengan segera. Selain itu, BMKG juga menggunakan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), internet of things (IoT), dan big data untuk memperkuat sistem pemantauan bencana.
Gedung Backup InaTEWS
Salah satu fokus utama inspeksi adalah gedung backup InaTEWS di Denpasar. Gedung ini dirancang dengan teknologi bangunan tahan gempa, yang memberikan rasa aman kepada pegawai on duty dalam melakukan monitoring gempa. Bali, yang memiliki sumber gempa di darat dan laut, memerlukan gedung yang dapat bertahan terhadap gempa untuk memastikan operasional pemantauan tetap berjalan.
Sistem Pengukur Tinggi Gelombang Laut
Selain gedung backup, BMKG juga memeriksa alat Tide Gauge (TG) yang berfungsi untuk mengukur tinggi gelombang laut di Desa Kedongan, Bali. Alat ini sangat vital untuk memantau kemungkinan tsunami yang dapat berdampak pada kawasan pesisir. Inspeksi ini juga mencakup pemeriksaan alat pengukur tinggi gelombang laut (TG) di wilayah Buleleng, Bali.
Pengujian Rutin dan Uji Komunikasi
Nelly Florida menekankan pentingnya pengujian rutin dan berkala terhadap sistem dan alat di setiap PGR. Selain itu, ia juga menambahkan bahwa setiap wilayah perlu melaksanakan uji komunikasi Tsunami Drill untuk memastikan kesiapsiagaan masyarakat dan stakeholder terkait menghadapi potensi bencana alam.
Kolaborasi dan Pengembangan Sistem
BMKG juga berfokus pada pengembangan sistem SIMAPS dan integrasinya dengan sistem informasi produk geofisika lainnya seperti WRS New Generation. Hal ini diharapkan dapat lebih efektif dalam mendukung pemantauan geofisika di masa depan. Selain itu, BMKG juga mengajak seluruh pegawai untuk melanjutkan pendidikan hingga jenjang S2 atau S3 untuk mendalami ilmu geofisika lebih dalam.
Kesimpulan
Inspeksi yang dilakukan oleh BMKG di Bali menunjukkan komitmen yang kuat dalam memastikan kesiapsiagaan terhadap ancaman gempa bumi dan tsunami. Dengan teknologi canggih, gedung tahan gempa, dan sistem pemantauan yang terintegrasi, BMKG berharap dapat meningkatkan ketahanan terhadap bencana alam di wilayah tersebut. Kolaborasi antara teknologi, masyarakat, dan pemerintah menjadi kunci untuk menciptakan ketahanan yang lebih baik, khususnya di wilayah rawan gempa bumi dan tsunami seperti Bali.