ONELI – Jakarta, 28 Oktober 2023 – Hari Sumpah Pemuda yang ke-95 diperingati dengan penuh semangat di berbagai penjuru Indonesia. Di Jakarta, ratusan seniman dari berbagai daerah berkumpul untuk merayakan momen bersejarah ini. Acara tersebut dilaksanakan di beberapa titik penting di ibu kota, termasuk Taman Ismail Marzuki dan Monumen Nasional, dengan menampilkan berbagai jenis karya seni sebagai wujud cinta dan kebanggaan mereka terhadap Tanah Air.

Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada 28 Oktober 1928 menjadi tonggak penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Ikrar tersebut menyatukan semangat para pemuda dari berbagai suku, bahasa, dan agama untuk membangun satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa, yaitu Indonesia. Nilai-nilai inilah yang coba dihidupkan kembali melalui karya-karya yang ditampilkan oleh para seniman dalam peringatan tahun ini.

Karya-Karya Seni yang Ditampilkan

Dalam acara ini, para seniman mempresentasikan berbagai bentuk seni, mulai dari lukisan, patung, pertunjukan tari tradisional, musik kontemporer, hingga pementasan teater. Karya-karya tersebut tidak hanya menggambarkan kekayaan budaya Indonesia, tetapi juga menyoroti isu-isu yang relevan dengan generasi muda saat ini, seperti perdamaian, kebersamaan, dan solidaritas.

Salah satu seniman, Aryo Pratama, mempersembahkan lukisan mural yang menggambarkan wajah-wajah pemuda dari berbagai daerah di Indonesia. Menurut Aryo, lukisan ini adalah pengingat bahwa meskipun berbeda latar belakang, para pemuda Indonesia tetap memiliki semangat yang sama untuk membangun bangsa yang lebih baik. Selain itu, ada juga pertunjukan tari yang menggabungkan elemen tradisional dan modern, sebagai simbol perpaduan antara warisan budaya dan semangat inovasi.

Panggung Ekspresi Pemuda Indonesia

Panggung yang digelar di Taman Ismail Marzuki menjadi ajang bagi para seniman muda untuk menyampaikan pesan mereka tentang kebinekaan dan persatuan. Musikalisasi puisi, pembacaan monolog, dan pameran seni rupa berkolaborasi untuk menampilkan berbagai sisi kehidupan anak muda di Indonesia. Panggung ini juga menjadi media untuk menyoroti pentingnya kolaborasi antardaerah dalam menjaga keutuhan bangsa.

Salah satu acara yang paling menarik perhatian adalah pertunjukan musik kolaboratif yang menggabungkan alat musik tradisional, seperti gamelan, angklung, dan sasando, dengan instrumen modern seperti gitar listrik dan drum. Kolaborasi ini menciptakan harmoni yang unik, menunjukkan bahwa perpaduan antara budaya lokal dan pengaruh global dapat menciptakan sesuatu yang indah tanpa menghilangkan identitas asli Indonesia.

Pesan Semangat dari Generasi Muda

Para seniman yang berpartisipasi berharap agar acara ini tidak hanya menjadi peringatan seremonial semata, tetapi juga menjadi pemicu semangat bagi para pemuda Indonesia untuk terus memperjuangkan persatuan dan perdamaian. Lewat karya-karya mereka, para seniman ingin menyampaikan bahwa semangat Sumpah Pemuda bukan hanya milik generasi terdahulu, tetapi juga merupakan tanggung jawab bersama bagi seluruh pemuda Indonesia saat ini.

Salah satu peserta, Aulia Dewi, seorang penari tradisional, menyampaikan harapannya, “Saya ingin mengajak generasi muda untuk bangga pada identitas kita sebagai bangsa Indonesia. Melalui seni, saya berharap kita bisa menyampaikan pesan bahwa meskipun kita berbeda, kita tetap satu dalam kebinekaan.”

Semangat Kebersamaan dan Kolaborasi untuk Masa Depan

Acara peringatan Sumpah Pemuda ini juga diharapkan dapat mempererat hubungan antarseniman dari berbagai daerah, serta mendorong kolaborasi yang lebih luas di masa depan. Selain menampilkan karya seni, acara ini juga menjadi ajang diskusi dan tukar pendapat tentang cara-cara melestarikan budaya Indonesia di era modern.

Peringatan Sumpah Pemuda di Jakarta tahun ini menjadi bukti bahwa seni dapat menjadi jembatan yang menyatukan perbedaan dan memperkuat kebersamaan. Melalui karya-karya mereka, para seniman ini berharap bisa menginspirasi pemuda Indonesia untuk terus berjuang menjaga keutuhan bangsa dan mengembangkan kreativitas demi masa depan yang lebih baik.