ONELI – Perang Suriah telah menjadi salah satu konflik paling kompleks dan berdarah di abad ke-21. Konflik ini tidak hanya melibatkan berbagai kelompok dalam negeri, tetapi juga kekuatan global seperti Rusia, Amerika Serikat, dan Iran. Dalam konteks ini, mantan Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), turut menyoroti perang Suriah dan menyebut-nyebut konsep “absolute power” yang melekat pada rezim Bashar Al Assad.
Konteks Perang Suriah
Perang Suriah dimulai pada tahun 2011 sebagai bagian dari gelombang protes yang dikenal sebagai Arab Spring. Protes damai yang awalnya menuntut reformasi politik dan kebebasan berubah menjadi perang saudara yang melibatkan berbagai kelompok bersenjata, termasuk pemberontak, milisi Islamis, dan pasukan pemerintah yang setia kepada Presiden Bashar Al Assad. Konflik ini telah menyebabkan ratusan ribu kematian dan jutaan pengungsi.
Absolute Power dalam Konteks Suriah
SBY menyoroti bahwa rezim Bashar Al Assad adalah contoh dari “absolute power” atau kekuasaan mutlak. Kekuasaan mutlak ini ditandai oleh kontrol tanpa batas dan penggunaan kekerasan untuk mempertahankan kekuasaan. Assad, yang menggantikan ayahnya Hafez Al Assad pada tahun 2000, awalnya dianggap sebagai reformis. Namun, ketika protes damai meletus pada tahun 2011, Assad menunjukkan sikap represif yang brutal, menggunakan kekuatan militer untuk menghancurkan perlawanan.
Dampak Kejatuhan Assad
Kejatuhan Assad dalam waktu singkat, hanya dalam delapan hari, mengejutkan banyak pihak. SBY menyebut ini sebagai “game changer” yang tidak hanya mempengaruhi Timur Tengah tetapi juga geopolitik global. Kejatuhan Assad membuka pintu bagi berbagai skenario, termasuk kemungkinan kebangkitan radikalisme dan perubahan tatanan kekuasaan di kawasan tersebut.
Implikasi Geopolitik
Kejatuhan Assad juga mengubah dinamika geopolitik di Timur Tengah. Amerika Serikat meningkatkan kehadiran militernya di kawasan, sementara Rusia menarik mundur kekuatan militernya dari Suriah. Langkah-langkah ini mencerminkan perubahan strategi besar dalam menghadapi situasi regional yang kian kompleks.
Analisis SBY
SBY menganalisis bahwa kejatuhan Assad adalah bagian dari gelombang Arab Spring yang berusaha mengakhiri kekuasaan otoriter. Ia menyebut bahwa sepanjang sejarah, selalu ada kekuatan rakyat yang menolak kekuasaan mutlak. Kejatuhan Assad mungkin menjadi tanda bahwa dunia sedang bergerak menuju tatanan baru yang lebih demokratis.
Kesimpulan
Perang Suriah dan kejatuhan Bashar Al Assad adalah peristiwa yang memiliki implikasi besar bagi kawasan Timur Tengah dan dunia. SBY menyoroti bahwa kekuasaan mutlak seperti yang dimiliki Assad sering kali berujung pada perlawanan dan kehancuran. Kejatuhan Assad mungkin menjadi awal dari perubahan besar dalam tatanan politik di Suriah dan kawasan sekitarnya. Dunia harus siap menghadapi tantangan baru yang muncul dari perubahan ini.